Senin, 06 Mei 2019

Yang Termasuk Akhlak Terpuji

Akhlak Terpuji


1. Rendah hati
Rendah hati artinya tidak memandang rendah orang lain. Rendah hati sering disebut dengan tawaduk. Artinya tidak angkuh dan tidak sombong. Orang yang rendah hati selalu bersikap tenang, sederhana, dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan sombong. Manfaat orang yang rendah hati akan memiliki banyak teman dan disenangi oleh banyak orang karena siapapun akan senang bergaul dengannya. Rendah hati tidak akan menyebabkan seseorang menjadi terhina tetapi justru akan dihargai oleh semua orang. Orang yang rendah hati selalu menghormati orang lain tanpa melihat dan membedakan orang itu kaya atau miskin.

2. Santun.
Santun berarti halus tutur katanya dan baik tingkah lakunya. Santun termasuk akhlak terpuji karena akan bermanfaat baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Dengan sifat santun seseorang akan bersikap ramah terhadap siapapun dan tidak mau menyakiti orang lain. Jika kita memiliki sifat santun maka orang lain akan senang berteman dengan kita. Rasullullah Saw telah banyak memberi contoh kepada kita berkaitan dengan sifat santun, di antaranya ketika bertemu dengan sesama muslim beliau selalu mengucapkan salam terlebih dahulu. Beliau juga berpesan bahwa “ Senyummu terhadap saudaramu akan menjadi sedekah bagimu”. Itu semua menunjukkan bahwa Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar bertutur kata dan bertingkah laku yang baik dan ramah ketika seseorang berbicara dengan orang lain.

Berbahasa santun menurut ajaran Islam tidak bisa dipisahkan dengan nilai dan norma sosial budaya dan norma-norma agama. Kesantunan berbahasa dalam al-Qur’an berkaitan dengan cara pengucapan, perilaku dan kosakata yang santun disesuaikan dengan situasi dan kondisi (lingkungan). Dalam al-Qur’an surah Lukman ayat 19 Allah Swt berfirman:


Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman [31]:19).

3. Ikhlas
Ikhlas artinya suci, bersih, dan tulus. Menurut istilah, ikhlas artinya mengerjakan sesuatu kebaikan dengan niat semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah Swt. Dalam melakukan kebaikan tanpa ingin dipuji atau mendapat balasan dari orang lain tetapi, semata-mata hanya karena Allah Swt. Setiap amal ibadah haruslah didasari rasa ikhlas, karena amal tanpa keikhlasan, maka amalnya tidak akan diterima oleh Allah Swt. Karena pada dasarnya sesuatu yang bersih dari campuran yang mencemarinya dinamakan sesuatu yang murni. Perbuatan membersihkan dan memurnikan itu dinamakan Ikhlas.

Dalam al-Qur’an surah Al-Bayyinah ayat 5 Allah Swt berfirman:



Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah [98]:5).

Walaupun untuk mengukur tingkat keikhlasan seseorang itu sangat sulit, akan tetapi dapat dilihat dari ciri-ciri berikut ini:
  1. Tidak mengharapkan imbalan atau balasan apapun dari manusia selain hanya ridha Allah Swt.
  2. Tidak merasa terpaksa atau terbebani dalam melakukan amal.
  3. Tidak ingin dipuji atau dibanggakan orang lain.
  4. Melakukan semua amal dan perbuatan dengan sepenuh hati dan penuh pengabdian.
Beberapa contoh kegiatan yang berhubungan dengan sifat ikhlas antara lain: Infaq, shodaqah, menyantuni anak yatim, dermawan dan sebagainya, yang semuanya didasarkan adanya rasa cinta kepada Allah Swt.

4. Kasih sayang.
Setiap orang pasti ingin dikasihi dan disayangi oleh orang-orang yang berada di sekitarnya, baik orang tua, saudara ataupun teman-temannya. Kita hidup bukan saja membutuhkan makan, minum atau harta saja, tetapi kita butuh perhatian orang lain. Seseorang yang kaya misalnya, semua yang diinginkannnya bisa dibeli dengan uangnya. Akan tetapi ia pasti butuh perhatian orang lain, baik untuk teman bicara ataupun orang yang bisa diajak untuk bertukar pikiran.
Agar kita mendapatkan kasih sayang dari orang lain, maka kita harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap lingkungan kita, termasuk hewan dan tumbuh- tumbuhan yang ada di sekitar kita. Dengan saling menyayangi antara yang satu dengan yang lain hidup akan terasa tenang karena kita akan saling membantu dan saling memberi.

5. Taat Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Taat artinya mengikuti dan melaksanakan aturan yang ada dengan penuh kesadaran. Di rumah ada aturannya, misalnya ada pembagian tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga. Itu merupakan aturan keluarga yang harus dipatuhi untuk kepentingan bersama. Di kelas juga ada tata tertibnya yang harus ditaati oleh semua siswa untuk kebaikan bersama supaya suasana belajar terasa nyaman. Begitu juga jika kalian mengendarai sepeda atau berjalan kaki di jalan raya, kalian harus berada di sebelah kiri agar tidak bertabrakan dengan sesama pengguna jalan. Semua aturan itu dibuat untuk kepentingan bersama.

Apabila aturan itu dilanggar maka semua orang yang ada di dalamnya tidak terasa nyaman. Jika semua orang sebagai anggota keluarga, siswa ataupun sebagai warga masyarakat mentaati peraturan yang ada, maka hidup akan terasa nyaman dan tenteram.

6. Patuh dan taat terhadap kedua orang tua.



Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Isra {17]:23).

Allah Swt memerintahkan kepada manusia untuk selalu patuh dan taat kepada kedua orang tuanya. Kenapa kita harus patuh dan taat kepada orang tua? Ibu kita telah bersusah payah mengandung kita selama lebih kurang sembilan bulan. Ketika melahirkan, ia merasakan sakit yang sangat. Pada saat kita masih bayi ia tidak dapat tidur dengan nyenyak karena ia kadang terbangun ketika kita menangis di waktu malam. Ayah bekerja mencari rezeki untuk kita siang dan malam. Kedua orang tua kita bekerja keras demi kebahagiaan anak-anaknya. Sebagai balas budi kita terhadap kedua orang tua, maka kita harus patuh dan taat kepada mereka berdua.

Bagaimana cara kita berbuat baik kepada mereka berdua? Di antara cara berbuat baik kepada orang tua adalah:
a. Mematuhi nasehat mereka.
b. Menyayangi mereka.
c. Berperilaku sopan dan santun.
d. Berterima kasih kepada mereka karena telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang.
e. Berbicara yang lembut dan tidak berkata kasar kepada mereka.
f. Mendoakan mereka setiap kali selesai melaksanakan shalat fardhu.
g. Bersikap jujur kepada mereka.
h. Menyenangkan hati mereka.

7. Meneladani perilaku terpuji Nabi Ismail As.

A. Keluarga Nabi Ismail As.
Nabi Ismail As. adalah putra Nabi Ibrahim As. Sejak kecil Nabi Ismail As. ditinggalkan oleh ayahnya Nabi Ibrahim As yang harus berpisah karena melaksanakan perintah Allah Swt. Dia hidup bersama ibunya di tempat yang tandus, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan minuman. Kebingungan bertambah manakala terdengar tangisan Ismail yang kehausan. Siti Hajar berlari menuju bukit Safa sampai tiba di suatu tempat yang bernama Marwah. Di sana pun tidak ada air. Kejadian itu sampai berulang-ulang sebanyak tujuh kali. Siti Hajar berlari antara bukit Safa dan Marwah. Berkat kesabaran dan do’a Ibunya yang bernama Siti Hajar, akhirnya Allah Swt mengabulkan permohonan Siti Hajar. Sehingga atas kekuasaan Allah Swt melalui Malaikat Jibril, keluarlah mata air zam-zam yang diberi nama telaga zam-zam.

B. Pengorbanan Nabi Ismail As.
Kerinduan Nabi Ibrahim As. kepada anak kesayangannya sepertinya akan terobati karena Nabi Ibrahim As telah menyelesaikan tugasnya dan akan pulang untuk kembali bersama anak dan istrinya. Setelah bertahun-tahun berpisah akhirnya, Nabi Ibrahim As bisa bertemu dengan keluarganya di sebuah tempat yang sekarang diberi nama Padang Arafah. Dengan senang hati mereka bertemu setelah sekian lama berpisah. Setelah melepaskan lelah mereka melakukan perjalanan pulang menuju ke Makkah. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat dan tidur sejenak di Muzdalifah. Di saat tidur itulah Nabi Ibrahim As bermimpi bahwa Allah Swt memerintahkan agar beliau menyembelih anak kesayangannya yang baru bertemu dengannya. Kemudian berita itu disampaikan kepada Nabi Ismail As: “Hai anakku, aku bermimpi dalam tidurku diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelihmu”. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua maupun kepada Tuhannya dengan tanpa ragu-ragu ia menjawab: “Wahai ayahku laksanakan apa yang Allah Swt perintahkan, insya Allah aku termasuk orang yang tabah menjalaninya”.

Mendengar jawaban tersebut Nabi Ibrahim As. langsung memeluk Nabi Ismail As karena merasa terharu mempunyai anak yang taat kepada Allah Swt dan patuh kepada orang tuanya. Suatu cobaan yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah maupun Nabi Ismail As sebagai seorang anak. Ketika Nabi Ibrahim As akan memulai menyembelih Ismail, Allah Swt mengutus Malaikat jibril untuk mengganti Ismail dengan domba yang gemuk. Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an surah As-Saffat ayat 107:



Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As- Saffat [37]:107).

Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim As dan Ismail As. Maka Allah Swt melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah Swt menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada hari raya haji. Dari peristiwa inilah asal mula umat Islam seluruh dunia melaksanakan kurban pada Hari Raya Idul Adha. Itulah keteladanan Nabi Ismail As dalam berbakti terhadap orang tuanya.

0 on: "Yang Termasuk Akhlak Terpuji"